TEKNIK
MENAFSIRKAN HASIL TES
A.
Teknik Pengolahan Hasil Tes
Banyak guru yang
sudah mengumpulkan data hasil tes dari peserta didiknya, tetapi tidak atau
belum tahu bagaimana mengolahnya sehingga data tersebut menjadi mubazir, data
tanpa makna. Sebaliknya, jika hanya ada data yang relatif sedikit, tetapi sudah
mengetahui cara pengolahannya, maka data tersebut akan mempunyai makna. Oleh
sebab itu, seorang evaluator harus betul-betul menguasai bagaimana cara
memberikan skor yang baik dan benar serta adil sehingga tidak merugikan
berbagai pihak.
Setelah melaksanakan
kegiatan tes dan lembar jawaban peserta didik diperiksa kebenaran, kesalahan,
dan kelengkapannya, selanjutnya menghitung skor mentah untuk setiap peserta
didik berdasarkan rumus-rumus tertentu dan bobot setiap soal. Kegiatan ini
harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena menjadi dasar bagi kegiatan
pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, guru
harus menyusun pdoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berfikir
tentang strategi pemberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir
soal. Pedoman penskoran sangat penting disiapkan, terutama bentuk soal esai.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi subjectivitas penilai.
1. Cara memberi skor mentah untuk tes subjektif
Dalam bentuk uraian biasanya skor
mentah dicari dengan menggunakan sistem bobot.
1. Bentuk soal uraian
Dalam soal bentuk uraian bebas,
pembobotan soal bergantung pada soal yang lain. Pembobotan soal adalah
pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya dengan soal lain
dalam suatu perangkat tes yang sama. Bobot setiap soal ujian yang ada dalam
suatu perangkat tes ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
berkaitan dengan materi dan karakteristik soal itu sendiri, seperti luas
lingkup materi yang hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat
kedalaman materi yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal tersebut.
Rumus yang dipakai dalam
penskoran bentuk tes soal uraian yaitu:
Rumus
: S =
Keterangan
:
∑X = jumlah skor
∑S = jumlah soal
2. Cara memberi skor mentah untuk tes objektif
Ada dua cara untuk memberikan
skor pada soal tes bentuk objektif, yaitu :
a. Tanpa rumus tebakan (Non-Guessing Formula)
Biasanya digunakan apabila soal
belum diketahui tingkat kebaikannya. Caranya adalah menghitung jumlah jawaban
yang betul saja. Setiap jawaban yang betul diberi skor 1, dan jawaban yang
salah diberi skor 0.
Jadi, skor = jumlah jawaban yang
betul
b. Menggunakan rumus tebakan
Biasanya rumus ini digunakan
apabila soal-soal tes itu sudah pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui tingkat kebenarannya. Penggunaan rumus tebakan ini bukan karena
guru sudah mengetahui bahwa peserta didik itu menebak, tetapi tes bentuk
objektif ini memang sangat memungkinkan peserta didik untuk menebak.
Adapun rumus-rumus tebakan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk item bentuk benar-salah (true-
false)
Rumus : S = R – W
Keterangan
:
S
= jumlah skor
R
= jawaban yang benar
W
= jawaban yang salah
2. Bentuk item pilihan ganda (multiple choice)
Rumus
: S = R -
Keterangan
:
S =
skor yang dicari
R =
jumlah jawaban yang benar
W = jawaban yang salah
N = jumlah alternatif jawaban yang disediakan
1
= bilangan tetap
3. Bentuk
soal menjodohkan (matching)
Rumus
: S = R
Keterangan
:
S
= skor yang diperoleh anak
R
= jumlah jawaban yang benar
4. Bentuk soal jawaban singkat (short answer) dan melengkapi (completion)
Rumus
: S = R
Keterangan
:
S
= skor yang diperoleh anak
R
= jumlah jawaban yang benar
Contoh:
Dalam suatu pelajaran, guru
mengadakan evaluasi dengan memberikan soal sebanyak 95 soal dengan rincian
sebagai berikut:
A.
Pilihan ganda =
30 soal
B.
B – S =
20 soal
C.
Menjodohkan =
20 soal
D.
Melengkapi =
20 soal
E.
Uraian =
5 soal
Siswa A dapat
menjawab soal yang benar terdapat pada table berikut:
Jenis soal
|
Jawaban benar
|
Jawaban salah
|
Pilihan ganda
|
15 soal
|
15 soal
|
B –S
|
15 soal
|
5 soal
|
Menjodohkan
|
10 soal
|
10 soal
|
Melengkapi
|
10 soal
|
10 soal
|
Uraian
|
5 soal
|
0 soal
|
Cara menskornya
yaitu:
a.
Pilihan ganda
Rumus
: S = R - = 15 - = 15 – 5 = 10
b.
B – S
S
= R – W = 15 – 5 = 10
c.
Menjodohkan
S
= R = 10
d.
Melengkapi
S
= R = 10
e.
Uraian
S
= = = 10
3. Skor total (Total Score)
Skor total adalah
jumlah skor yang diperoleh dari seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus
tebakan (guessing formula). Skor ini disebut skor mentah (raw score).
Setelah dihitung skor mentah setiap peserta didik, langkah selanjutnya adalah
mengolah skor mentah tersebut menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor
dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk
mengubah skor mentah menjadi skor terjabar (drived score) atau skor
standar.
Contoh:
Dalam soal di atas,
maka yang dinamakan skor total yaitu penjumlahan dari semua skor. Jika soal di
atas di jumlahkan maka hasil skor total yaitu 50.
B. Pengolahan Data Hasil Tes Menurut PAP dan PAN
Setelah diperoleh
skor setiap peserta didik, guru hendaknya tidak tergesa-gesa menentukan
prestasi belajar atau nilai peserta didik yang didasarkan pada angka yang
diperoleh setelah membagi skor dengan membagi soal, karena cara tersebut
dianggap kurang proporsional. Misalnya, seorang peserta didik memperoleh skor
60, sementara skal nilai yang digunakan untuk mengisi buku rapor adalah skala
0-10 atau skala 0-5, maka skore tersebut harus dikonversikan terlebih dahulu
menjadi skor standar sebelum ditetapkan sebagai nilai akhir. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya bahwa ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu
pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan pendekatan Penilaian Acuan Norma
(PAN).
1.
Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini lebih menitik
beratkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain,
kemampuan-kemampuan apa yang telah dicapai peserta didik sesudah menyelesaikan
satu bagian kecil dari suatu keseluruhan program. Jadi, PAP meneliti apa yang
dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan seorang peserta
didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan
spesifik. Kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang
diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar
berlangsung.
Contoh
:
Diketahui
skor 52 orang peserta didik sebagai berikut :
32
|
20
|
35
|
24
|
17
|
30
|
36
|
27
|
37
|
50
|
36
|
35
|
50
|
43
|
31
|
25
|
44
|
36
|
30
|
40
|
27
|
36
|
37
|
32
|
21
|
22
|
42
|
39
|
47
|
28
|
50
|
27
|
43
|
17
|
42
|
34
|
38
|
37
|
31
|
32
|
22
|
31
|
38
|
46
|
50
|
38
|
50
|
21
|
29
|
33
|
34
|
29
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pedoman
konversi yang digunakan dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar pada
norma absolut skala 5 adalah :
Tingkat penguasaan
|
Skor standar
|
90 % - 100 %
|
A
|
80 % - 89 %
|
B
|
70 % - 79 %
|
C
|
60 % – 69 %
|
D
|
>59%
|
E
|
Jika
skor maksimum ditetapkan berdasarkan kunci jawaban = 60, maka penguasaan 90% = 0, 90 x 60 = 55, penguasaan 80% = 0,80
x 60 = 48, penguasaan 70% = 0,70 x 60 = 42, penguasaan 60% = 0,60 x 60 =36.
Dengan demikian diperoleh tabel konversi sebagai berikut :
Skor mentah
|
Skor standar
|
54 -60
|
A
|
48 -53
|
B
|
42 -47
|
C
|
36 – 41
|
D
|
>35
|
E
|
Jadi,
peserta didik yang memperoleh skor 50 berarti nilainya B, skor 35 nilainya E
(tidak lulus), skor 44 nilainya C, dan seterusnya.
2.
Penilaian Acuan Norma (PAN)
Dalam penilaian acuan norma,
makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara membandingkan
hasil belajarnya dengan hasil peserta didik lainya dalam satu kelompok atau
kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan jenjang hasil belajar sehingga
dapat diketahui kedudukan relatif seorang peserta didik di bandingkan dengan
teman sekelasnya. Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
Langkah-langkah pengolahan data
dengan pendekatan PAN sebagai berikut :
a.
mencari skor mentah setiap peserta didik
b.
menghitung rata-rata (X) aktual dengan rumus :
X = Md + (i
Keterangan :
Md = mean duga
f = frekuensi
d = deviasi
fd = frekuensi kali deviasi
n = jumlah sampel
i = interval
c.Menghitung
simpangan baku (s) aktual dengan rumus:
s
=
d.Menyusun pedoman konversi
contoh
:
Diketahui 52 peserta didik mengikuti UAS mata pelajaran
Bahasa Inggris dan memperoleh skor mentah sebagai berikut :
32
|
20
|
35
|
24
|
17
|
30
|
36
|
27
|
37
|
50
|
36
|
35
|
50
|
43
|
31
|
25
|
44
|
36
|
30
|
40
|
27
|
36
|
37
|
32
|
21
|
22
|
42
|
39
|
47
|
28
|
50
|
27
|
43
|
17
|
42
|
34
|
38
|
37
|
31
|
32
|
22
|
31
|
38
|
46
|
50
|
38
|
50
|
21
|
29
|
33
|
34
|
29
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pertanyaan:
tentukan nilai peserta didik dengan pendekatan PAN.
Langkah-langkah
penyelesaian ;
a.
Mengukur skor terkecil sampai dengan skor terbesar
seperti berikut:
17
|
25
|
30
|
34
|
37
|
42
|
50
|
17
|
27
|
31
|
34
|
37
|
42
|
50
|
20
|
27
|
31
|
35
|
37
|
43
|
50
|
21
|
27
|
31
|
35
|
38
|
43
|
50
|
21
|
28
|
32
|
36
|
38
|
44
|
|
22
|
29
|
32
|
36
|
38
|
46
|
|
22
|
29
|
33
|
36
|
39
|
47
|
|
24
|
30
|
36
|
36
|
40
|
50
|
|
Selanjutnya
data ini ditabulasikan dalam distribusi frekuensi. Yaitu mengelompokkan data
sesuai dengan kelas interval. Untuk membuat kelas interval dapat digunakna
rumus Sturges. Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah
sebagai berikut :
1). Mencari rentang (range),
skor terbesar dikurangi skor terkecil.
Skor
terbesar = 50
Skor
terkecil = 17
Rentang = 33
2). Mencari banyak kelas interval
:
Banyak
kelas = 1 + (3,3) log.n
= 1 + (3,3) log 52
=
1 + (3,3) (1,7160)
=
1 + 5,6628
=
6,6628
=
7 (dibulatkan)
3).
Mencari interval kelas :
I
= rentang/ banyak kelas = 33/6,6628 = 4,9529 = 5 (dibulatkan)
4).
Menyusun data distribusi frekuensi :
Distribusi frekuensi skor
Kelas interval
|
Tally
|
frekuensi
|
47 – 51
|
|||||
|
|
6
|
42 – 46
|
|||||
|
|
6
|
37 – 41
|
|||||
|||
|
8
|
32 – 36
|
|||||
||||| ||
|
12
|
27 – 31
|
|||||
||||| |
|
11
|
22 – 26
|
||||
|
4
|
17 – 21
|
|||||
|
5
|
Jumlah
|
52
|
b. Menghitung
rata-rata aktual :
Menghitung
rata-rata dan simpangan baku aktual:
Kelas interval
|
F
|
d
|
Fd
|
F(d)
|
47 – 51
|
6
|
+3
|
18
|
54
|
42 -46
|
6
|
+2
|
12
|
24
|
37 – 41
|
8
|
+1
|
8
|
8
|
32 – 36
|
12
|
0
|
0
|
0
|
27 – 31
|
11
|
-1
|
-11
|
11
|
22 – 26
|
4
|
-2
|
-8
|
16
|
17 – 21
|
5
|
-3
|
-15
|
45
|
Jumlah
|
52
|
|
4
|
158
|
X
=Md + (i = 34 + ( ) 5 = 34,38
c.
Menghitung simpangan baku
s
= = = = = 8,79
d.
Menyusun pedoman konversi
Pedoman
konversi yang digunakan adalah skala lima :
+ 1,5 (s) = 34,38 + 1,5
(8,79) = 47,57
+ 0,5 (s) = 34,38 + 0,5
(8,79) = 38,78
– 0,5 (s) = 34,38 – 0,5
(8,79) = 29,99
– 1,5 (s) = 34,38 – 1,5
(8,79) = 21,20
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Kasiran. 1984. Teknik Analisa Item. Surabaya: Usaha Nasional
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta: Mitra Cendikia
Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: BPFE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar